BISNIS KUE KERING, BISNIS YANG TAK PERNAH KERING
- Kategori Induk: Rubrikasi
- Diperbarui pada Senin, 06 Juli 2015 11:15
- Diterbitkan pada Kamis, 05 Agustus 2010 17:38
- Ditulis oleh admin1
- Dilihat: 5793
- 05 Agu
Kue kering yang menjadi favorit masih berkisar pada kaastengels, nastar, putri salju, atau lidah kucing. Rasanya ada yang kurang pas jika di meja tamu tak tersedia kue-kue kering khas Lebaran.
Maka menjelang bulan Ramadhan, para produsen kue kering sudah mulai menyiapkan diri, karena pada hari raya umat Muslim ini nanti, adalah masa panen bagi pembuat kue kering. “Satu minggu sebelum puasa, kami sudah mulai mempersiapkan produksi kue kering,” ujar Aprilina dari Mawar-Fira Cake’s salah satu produsen kue kering di daerah Condet. Bahkan Taty Susatyo dari Kue Kering Gaharu sudah siap dengan stok kue keringnya, sekitar dua bulan menjelang bulan puasa, “Setiap hari saya terus produksi sampai menjelang Idul Fitri,” jelasnya. Sedangkan Michelle Bakery tidak secara khusus menyediakan stock, namun bersiap jika mendadak ada peningkatan pembelian kue kering menjelang Lebaran.
Memperhitungkan Waktu
Agar sukses berjualan kue kering, Anda harus menentukan kapan saatnya untuk mulai memproduksi kue kering. Persiapkan jauh hari bahan-bahan yang akan dipergunakan untuk memproduksi kue kering. Biasanya para pemasok/ penjual bahan-bahan kue kering akan memberikan diskon yang menarik , jika Anda membeli sebelum bulan puasa. Menjelang dua minggu sebelum Idul Fitri, harga bahan
Mulailah memproduksi sebelum bulan puasa, terutama mempersiapkan tester untuk calon pembeli, karena biasanya calon pembeli (terutama pembeli baru) akan menanyakan tester. Produksi sudah bisa dilakukan pada menjelang bulan puasa, sejalan dengan tester yang sudah Anda persiapkan. Hal ini untuk mengantisipasi banjir order, dan pesanan awal yang sudah mulai masuk.
Walaupun kue kering Anda laku keras, dibarengi order pesanan terus menerus, jangan rakus untuk menerima pesanan. Hitung ‘kekuatan’ tim Anda dalam memproduksi kue kering. Tak ada untungnya memaksakan diri, karena tenaga Anda maupun kekuatan pegawai juga ada batasnya. Hanya karena tergiur akan memperoleh keuntungan berlipat ganda, Anda bisa mengecewakan pelanggan. Tangani sesuai dengan kemampuan saja.
Buat Spesialisasi
Agar kue kering Anda terlihat menonjol, berikan sentuhan spesial dengan produsen kue kering lain. Bisa saja tampilkan bentuk-bentuk yang berbeda atau topping-topping unik aneka rasa. Taty Susatyo melakukan hal serupa. Semua bahan perasa dipertahankan dengan tetap mempergunakan perasa asli bukan essens. Dengan mempergunakan ciri khas tersebut, kue kering buatan Taty menjadi berbeda dibandingkan dengan kuekering merek lain.
Dari tahun ke tahun Anda akan mengenali jenis kue kering apa saja yang menjadi primadona. Jika memungkinkan, Anda bisa memproduksi sedikit lebih banyak dibandingkan produk yang lain. Kalau perlu, Anda hanya memproduksi jenis-jenis yang memang digemari oleh pembeli, bahkan mungkin satu atau dua jenis saja. Walau hanya satu atau dua jenis kue kering, namun jika banyak penggemarnya akan lebih menguntungkan, karena bisa dipastikan tidak ada barang yang tak laku. Jadikan produk Anda biarpun hanya satu atau dua jenis menjadi kelebihan dari merek kue kering Anda.
Alternatif Kemasan
Saat ini sudah semakin banyak produsen kue kering yang kreatif. Selain mengemas dalam kue kering stoples konvensional kemasan 250 gram atau 500 gram, beberapa produsen seperti La Difa Cookies dari Bandung mencoba membuat terobosan baru dengan mengemas kue kering produksi mereka dalam wadah yang lebih kecil. Pada Food Hotel Asia 2010 yang gelar di Singapura, April 2010 lalu La Difa memamerkan kemasan kecil yang re-usable.
Selain kemasan tunggal yang menarik, para produsen kue kering selalu menyediakan paket parcel. Selain untuk menarik pembeli, hal ini merupakan pelayanan para pelanggan yang ingin mengemas kue kering yang dibeli dengan tatanan yang indah. Biasanya para produsen bekerja sama dengan pengrajin boks atau keranjang parcel. Selain memberikan saya tarik, service ini juga memberikan nilai tambah berupa margin keuntungan dari penjualan kemasan parcel.
Pastry&Bakery/@Rika Eridani, foto-foto : Richard R. Mandala