Jika Anda mencicipi sebuah sajian cokelat atau memandang kreasi mempergunakan cokelat, Anda mungkin bertanya-tanya siapa pembuat hidangan cokelat yang sedang Anda nikmati tersebut, yang telah menghasilkan sajian
serba indah dan lezat. Indonesia memiliki pembuat kreasi cokelat nan menawan mata dan memanjakan lidah. Lewat tangan para Maestro Cokelat Indonesia inilah, produk terbaik dengan bahan cokelat dihasilkan, serta pantas diunggulkan, tak kalah dengan produk-produk dari luar negeri.
Ucu Sawitri
Passion With Chocolate
Reputasi Ucu Sawitri sebagai perempuan seniman yang acap menghasilkan karya mengagumkan dengan cokelat sebagai media ekspresinya, membuat wanita kelahiran Pematang Siantar, 15 Januari ini dikenal sebagai “Ratu Seni Cokelat Indonesia.” Ditemui beberapa waktu lalu di workshopnya di bilangan Rawamangun Jakarta Timur, Ucu memperlihatkan bagaimana dengan lenturnya cokelat dibentuk dalam berbagai kreasi. Dalam keadaan padat cokelat bisa dipahat menjadi patung (chocolate carved), dalam keadaan cair, cokelat bisa menjadi cat untuk menghasilkan lukisan. Di tahun 2003 dalam sebuah pameran cokelat, Ucu membuat gebrakan dalam aplikasi cokelat sebagai media ekspresi seni dengan menghadirkan busana berbahan cokelat bekerjasama dengan desainer busana kondang, Samuel Watimena. Salah satu obsesi Ucu adalah membentuk Chocolate Arts Club, sebuah organisasi yang memfasilitasi anggotanya untuk menampilkan karya seni dengan media cokelat. Menurutnya, untuk menciptakan sesuatu yang artistik dengan bahan cokelat, seseorang tak hanya harus memiliki keterampilan dan kepekaan artistik. Mereka juga perlu menguasai pengetahuan tentang cokelat, dan mengenali karakteristik cokelat yang berkaitan dengan bagaimana mengaplikasikannya untuk menghasilkan karya seni.Termasuk untuk menghasilkan kue yang lezat dan berpenampilan artistik pula. Saat ini kesibukan ibu dua orang anak ini semakin bertambah selain membuka kelas-kelas khusus untuk mengolah cokelat dalam berbagai aplikasi, Ucu juga mengasuh program kuliner di salah satu televisi swasta dan baking demo dengan produsen bahan baku bakery maupun pastry.
Kiki Gumelar
Padukan Cokelat Dengan Jajanan Tradisional
Inspirasi untuk mengembangkan produk kreatif dalam bisnis kuliner mungkin bisa datang pada waktu dan tempat yang tak terduga. Kiki Gumelar, misalnya, mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan produk berbasis cokelat dengan perpaduan dodol Garut semasa ia kuliah dan kemudian bekerja di Yogyakarta. Tahun 2007 Tama Cokelat pertama kali didirikan di Yogyakarta yang mengkhususkan pada produk bakery dan cokelat. Tahun 2009 Kiki kembali ke Garut dan mulai memperkenalkan Chocodot, yaitu cokelat dengan filling dodol garut. Dengan cara ini Kiki bertujuan untuk mengangkat dodol garut sebagai oleh-oleh khas Garut, yang dipadukannya dengan cokelat. Kreativitas pria yang berulang tahun setiap 17 November ini memang tak ada habisnya. Hingga saat ini berbagai produk cokelat kreasinya dipadukan dengan berbagai jajanan khas Indonesia. Tak hanya kreatif dengan inovasi produk, kemasan cokelatnya pun unik. Mulai dari kemasan etnik menggunakan besek, Kiki juga menghadirkan packaging cokelat bar dengan berbagai edisi. Seperti Chocodot bar edisi Java dan Bali, Chocodot dengan filling dodol buah, Chocodot dengan filling kopi dari berbagai daerah di Indonesia. Tak hanya itu cokelat dengan citarasa rempah, filling abon, korma, kacang-kacangan, jamu, teh, rosemary dan masih banyak lainnya. Untuk kreativitasnya ini produk Chocodot mendapatkan berbagai penghargaan, salah satunya Niche Product Tutto Food Milan Italy 2011.
Francis Mestre
Tuangkan Imajinasi Dalam Cokelat
Chocolatier asal Perancis ini mengutamana citarasa, tampilan, kemasan, dan nama produk cokelat untuk memikat para pecinta cokelat melalui produk-produknya. L’atelier du Chocolat merupakan toko cokelat yang dibukanya 2010 lalu. Francis mengembangkan sendiri resep berbagai cokelat kreasinya untuk menyesuaikan citarasa sesuai dengan konsumen di Indonesia. Menurutnya secara umum orang Indonesia lebih menyukai cokelat dengan citarasa manis berbeda dengan orang Eropa yang lebih menyukai cokelat bercitarasa pahit. Bekerja dengan cokelat adalah untuk menciptakan karya seni. Tak hanya citarasa yang ditawarkan tampilan, kemasan serta nama yang digunakan untuk menambah nilai jual cokelat. “Berkreasi dengan cokelat adalah kesempatan untuk menciptakan karya seni, urainya. Tak hanya bentuk-bentuk unik penamaan cokelat praline kreasinya juga unik. Seperti Vampire Kiss, Blue Velvet, Pulp Fiction, Mad Love, Pillow Talk, Herbs Dinner, Basic Instinc. Nama-nama ini bersumber dari judul film-film Hollywood yang memberikan inspirasi bagi pria yang memiliki hoby nonton film layar lebar. Selain mengelola jalannya produksi cokelat L’atelier du Chocolat, Francis juga disibukkan mengajar kursus cokelat di workshopnya di daerah Jakarta Barat atau private cooking demo.
Jose Pelo Jr
Joy With Chocolate
Jose Pelo Jr, Sales & Technical Director Schoko Chocolate memiliki hubungan intim dengan cokelat jauh sebelum menjadi seorang Chocolatier. Kakek dan nenek Jose memiliki perkebunan cokelat di Bicol, sebuah kabupaten di Filipina. Kala itu dia berusia 5-6 tahun, Joy, sapaan akrabnya sehari-hari, sudah jatuh cinta dengan buah cokelat. Dia terbiasa memetik buah cokelat dan mengupas kulitnya, lalu menyantap daging buahnya. Kegiatan ini menjadi favoritnya setiap mengunjungi rumah kakek-neneknya. Cokelat panas (hot chocolate) menjadi minuman favorit Joy. Baginya tiada hari tanpa secangkir cokelat panas untuk mengawali hari sebelum beraktivitas. Saat ini Joy tengah menikmati pekerjaan barunya sebagai Sales&Technical Director Schoko Chocolate yang mulai melakukan branding sejak tahun 2010. Dengan jabatan yang disandangnya saat ini Joy mengaku sangat tertantang dan bangga mendapatkan kesempatan ini. Dengan tanggung jawab besar untuk membesarkan brand cokelat Schoko. Salah satu obsesinya di tahun 2013 adalah bagaimana dia mampu untuk memperkenalkan produk Schoko Chocolate kepada masyarakat agar mereka bisa mengenal Schoko Chocolate dengan lebih baik. Sebelum bergabung dengan PT Wahana Interfood Nusantara sebagai produsen Schoko Chocolate, Joy memiliki perjalanan karir cukup panjang yang selalu menghubungkannya dengan cokelat. Mulai dari Executive Pastry Chef hotel berbintang, Pengajar di William Angliss Institute Melbourne Australia hingga menjadi Technical Advisor pada sebuah perusahaan cokelat terbesar di Malaysia.
Andy Van Den Breeck
“Percaya Diri Dengan Cokelat”
Andy Van Den Breeck, seorang chocolatier dari Belgia, senang belajar untuk menambah ilmu bagi dirinya. Ia datang ke Indonesia untuk membagi pengalamannya tentang cokelat mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Cokelat selalu menjadi bagian dari kehidupan kita. “Walaupun begitu, cokelat juga bukanlah sesuatu bagian yang menjadi pekerjaan saya sekarang ini. Saya juga membuat cake, bread dan banyak hal lainnya,” tutur Andy ketika ditemui dalam workshop cokelat di Jakarta Selatan. Menurut Andy, cokelat dapat digunakan dalam berbagai pastry juga. “Bagaikan satu keluarga besar, cokelat bisa digunakan untuk berbagai macam seperti showpiece, bakery, pastry dan bahkan makanan lainnya. Inilah keindahan dari coklat itu sendiri. Saya juga lebih percaya untuk melakukannya karena banyak kesempatan yang dapat digunakan. Berbeda ketika menghadapi roti, bentuk dan isinya itu sangat terbatas. Sedangkan coklat, kita lebih bisa untuk berkreasi,” tutur pria yang belajar tentang cokelat mulai usia 12 tahun ini. Andy mendapatkan gelar diploma pada umur 18 tahun. Banyak yang dipelajarinya dari membuat cake, mouse, bread, chocolate sculpture, bread sculpture, ice cream, candies, sugar showpieces dan berbagai hal lainnya. “Semua pelajaran yang didapatkan akan dikombinasikan. Saya juga mempelajari Matematika, Fisika, dan lain-lain. Teori selama belajar lalu digabungkan dengan prakteknya. Mempelajari tentang bahan-bahan, mesin yang digunakan, dan proses yang berlangsung,” katanya. Menurut Andy hal-hal tersebut menjadi suatu hal yang biasa kita pelajari di sekolah untuk menekuni bidang profesi ini.